Syukuran 13 Tahun GOKN, Cinta Indonesia di Belanda

Tahun ini, para remaja dan pemuda GOKN yang berusia mendekati 20 tahun menjadi penggerak acara.

Cantika Mamuaja, berusia 19 tahun dari Zoetermeer, memimpin acara sebagai ketua. Penyuka nasi goreng tersebut sedang belajar bahasa Indonesia dan suka memasak dan menari.

Para penari Tarian Maengket, khas suku Minahasa, membuka acara dengan penuh penghayatan. (Foto: Yuke Mayaratih)

Meski bahasa Indonesia mereka terbata-bata, antusiasme mereka tidak surut untuk mengorganisir ibadah.

Cantika merasa tertantang ketika mendapat tanggung jawab. Dia juga mendapat dukungan keluarga dan pengurus.  Terutama dari kedua orang tuanya yang  berasal dari Sulawesi Utara.

Cantika bersyukur acara berjalan baik dan semua bekerja sama dengan kompak. Meski lahir di Belanda, para pemuda ini tetap berupaya menjaga adat Indonesia.

Sejak awal, orang tua mereka mengajarkan agar tidak melupakan adat dan kultur Indonesia. Inilah yang melatarbelakangi  perkumpulan gereja, yang dibangun GOKN 13 tahun silam.

Pendeta Jerry Kolompoy dan penterjemah Doris Bakatbessy. (Foto: Yuke Mayaratih)

Melki Tarumampen, Ketua GOKN, mengatakan, tidak banyak orang dewasa yang berani menyerahkan tanggungjawab kepada generasi muda, apalagi mereka hidup dan bertumbuh dari kultur yang berbeda.

Dia mengaku bangga dengan antusiasme generasi muda dalam memikul tanggung jawab mengorganisir acara syukuran.

“Sebagai pengurus, saya merasa bangga juga dengan mereka yang tetap antusias dengan tanggungjawab ini,” kata Melki.

Kotbah dibawakan pendeta Jerry Kolompoy,  yang sudah 20 tahun bolak balik Indonesia-Belanda  dan berkeliling Eropa untuk membawakan firman Tuhan terutama buat warga Indonesia di tanah rantau.

Setiap kali dia tinggal selama tiga bulan di Belanda sesuai batas visa dan Kembali ke Indonesia dan seterusnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *




Enter Captcha Here :