Untuk keluar dari masalah berlarut itu, Kutus-Kutus mentransformasikan bentuk logo Kutus-Kutus ke dua buah bentuk logo yang berbeda. Logo yang satu berupa Kutus-Kutus Aksara Bali, dan yang satunya berupa logo Sanga-Sanga. Kedua logo merk itu sudah didaftarkannya di Belanda.
“Sanga-Sanga dimaksudkan untuk pemasaran produk Kutus-Kutus di Eropa,” tambah Riva Effrianti, CEO Kutus-Kutus Group.
“Kalau sebelumnya Kutus-Kutus dituliskan dalam aksara latin, sekarang Kutus-Kutus dituliskan dalam Aksara Bali. Ini juga sesuai anjuran pemerintah di Bali agar perusahaan-perusahaan di Bali memakai aksara Bali, dengan slogan ‘Joss Forever!’” ujarnya.
Ia menambahkan bahwa Kutus-Kutus Group sekarang ini hadir dengan semangat baru, membuat produk baru yang lebih ultimate, yakni Sanga-Sanga, dengan jargon ‘Sing Ada Lawan’.
“Yang lebih penting bisa menebar manfaat untuk banyak orang,” kata Riva menyakinkan.
Transformasi logo itu bukan hal mudah bagi Bambang Pranoto. Nama Kutus-Kutus sudah melekat dalam dirinya sebagai penemu dan nama itu sudah dikenal oleh masyarakat luas.
“Tapi transformasi ini harus dilakukan,” kata Bambang menegaskan.
Inovasi Minyak Kutus-Kutus
Bambang Pranoto melanjutkan penjelasan menarik lainnya.
Suatu ketika ia mendengar ada percakapan pendek dalam sebuah wawancara. Mereka adalah petinggi negara. Dalam percakapan sebelum wawancara itu salah seorang hadirin menyapa kedua perempuan petinggi negara itu, apakah mereka memakai minyak Kutus-Kutus? Kedua petinggi negara itu bercanda spontan menjawab: “Ya nggak lah. Minyak Kutus-Kutus baunya seperti mbah-mbah!”