Kisah di Balik Layar Penyelenggaraan Pasar Indonesia 2024

“Dia sempat dilarikan ke rumah sakit, namun kabarnya kembali lagi ke Pasar Indonesia  karena tak ingin kehilangan moment kebersamaan dan melihat aksi panggung yang sangat membawa kesan mendalam.,” kata Heri sambil berharap acara Pasar Indonesia akan terus digelar setiap tahun dengan persiapan yang lebih baik.

Acara Berlangsung dari pukul 10 pagi sampai pukul 10 waktu setempat. Interaksi antara penonton dan pengisi acara mengalir dengan sangat memukau. Dengan penampilan utama musik dan tarian “Suku Dayak” 

Pesona budaya suku Dayak memang tidak sepopuler Bali. Tetapi pada puncak acara panggung Pasar Indonesia, pengunjung seperti dihipnotis dengan keunikan pemain musik tradisional, musik sape, Uyou Moris, yang berpakaian khas Suku Dayak. Ia bercerita tentang asal usul tradisi musik ini. Lalu disambung dengan tarian dan menarik pengunjung untuk juga ikut menari bersama.

Tanpa disangka, Dubes Mayerfas menjadi salah satu penonton yang diajak untuk masuk dalam tarian bersama. Penonton terkesima. Pentas Suku Dayak di hari pertama dan kedua pun membuat takjub para penonton.  

Acara dibawakan dengan apik dan penuh canda oleh duet MC Reza van Holland dan Betty 

Sebenarnya Heri dan Theo berada dalam tim event organizer Mitos Harlem. Baik Heri dan Theo seakan tak pernah kehabisan ide untuk melakukan berbagai kegiatan di Belanda. Baik untuk pasar warga Indonesia yang tinggal di Belanda, maupun untuk warga Belanda atau lebih spesifik untuk warga campuran Indonesia Belanda atau kalangan Indo. 

Kegiatan yang mereka lakukan selama ini tak hanya melulu soal budaya seperti tarian dan musik tradisional saja, tetapi juga menggelar band musik Indonesia yang akan melakukan konser di Belanda. 

Melihat kesempatan yang besar dan kebutuhan hiburan di beberapa kalangan ini, mereka lalu menjalin kerja sama dengan beberapa pihak. Namun sayangnya, peraturan di Belanda tidak bisa sebebas di Indonesia.  

Aturan main dan sistem pembayaran terkait pajak dan juga honor freelance berlaku ketat. Seperti syarat menggelar acara dengan ribuan pengunjung. Selain wajib membayar petugas kebersihan, juga keamanan dan P3K.

Selain itu tata cara perizinan dan sistem kerja sama dengan pihak lain juga sangat ketat karena ada aturan pajak yang harus dilaporkan. Belum lagi penghasilan (inkomen) dari acara, juga harus ada laporan yang terinci sesuai standar Belanda. Intinya, tidak mudah. 

Dengan dasar inilah Theo, Heri dan komunitas Seni dan Budaya Indonesia di Belanda membuat Yayasan Stiching Ajang Kreasi Seni Indonesia (Aksi). Sejak yayasan ini berdiri, mereka sudah beberapa kali mengadakan kegiatan yang tentu saja melibatkan kreativitas warga Indonesia di Belanda.  Salah satu kegiatannya, seperti yang baru saja digelar, Pasar Indonesia 2024. 

Editor: Natalia Santi