Kisah di Balik Layar Penyelenggaraan Pasar Indonesia 2024

Penulis : Yuke Mayaratih 

Rijswijk, Kabarbelanda.com– Tak bisa dipungkiri, Pasar Indonesia 2024 mendapat sambutan luar biasa dari warga Belanda dan juga diaspora Indonesia yang tinggal di Belanda. Paling tidak dari segi hiburan, kuliner dan stan penjualan. 

Gerak cepat Dubes Mayerfas untuk menggagas Pasar Indonesia karena Tong Tong Fair tahun ini batal, tak lepas dari peran warga Indonesia yang tinggal di Belanda. Ide kreatif langsung muncul saat mereka mendapat kepercayaan mengurus hiburan panggung, lengkap dengan penentuan tema. Siapakah mereka? 

Theo dan Heri, adalah dua orang yang berseliweran di belakang panggung. Mereka terlihat sangat sigap dan lincah berlari dari belakang panggung ke depan. Bolak balik dengan microphone dan earphone yang tetap “on”Mereka mengatur alur rangkaian acara agar para penonton betah berlama lama duduk di depan panggung. 

Bukan hanya pedagang akan tetapi juga penampil dari Indonesia mendapatkan prioritas untuk bisa mengisi acara Pasar Indonesia 2024. Diantaranya, peragaan busana dari Joko Ssp dan penampilan musik sape dan tarian Suku Dayak dan lain-lain. 

Menurut Theo, sebenarnya musik dan tarian Suku Dayak ini akan tampil di acara Tong Tong Fair. Tapi akhirnya diberi panggung di Pasar Indonesia 2024.

“Kita membuat penampilan seni dari Suku Dayak ini dalam konsep panggung yang lebih modern, menggunakan video mapping. Karena kami ingin menunjukkan kalau seni pertunjukan Indonesia sekarang sudah jauh lebih maju, “ kata Theo kepada Kabarbelanda.com.

“Kami berusaha memunculkan pertunjukan tradisional Indonesia bisa terlihat elegan. Jadi, budaya Indonesia yang eksotis tidak selalu muncul dengan seni panggung konvensional.” 

“Dan, meskipun modern tapi tidak meninggalkan eksotisme budaya. Soalnya, ini adalah era digital,harus lebih keliatan kombinasi antara video mapping dan pertunjukan seni itu sendiri. Setidaknya untuk event Indonesia ke depan, ya harus seperti ini.”

Meskipun dengan budget minim, Heri  bersama tim melakukannya dengan serius. Harapannya supaya para event organizer Indonesia di Belanda bisa terpacu untuk lebih kreatif dan imajinatif. Sehingga  pengagas acara, penonton dan pengisi acara ikut bangga karena terlibat di acara ini. Dengan segala keterbatasan terutama waktu, akan tetapi kerja sama yang terjalin baik dengan tim KBRI dapat melahirkan acara yang luar biasa. 

Menurut Heri, acara yang berawal dari niatan untuk membantu para pedagang yang gagal menjajakan jualannya di gelaran Tong Tong Fair itu berlangsung sukses. Ditandai dengan banyaknya pengunjung yang mengantre di tiap stan maupun di panggung hiburan. 

Meski begitu, suasana keakraban dan persaudaraan amat terasa, sehingga meskipun ramai pengunjung dan panjangnya antrean, tidak ada yang rusuh atau berujung kekacauan. Semua tertib dan sabar menanti gilirannya untuk dilayani. 

Sempat diwarnai insiden pingsannya seorang pengunjung pria yang telah berusia lanjut di depan panggung. Para penonton pun ikut membantu menolong meski akibatnya penampilan panggung sempat terhenti sebentar.