
“Kalau di TTF kan banyak juga pedagang asal Belanda yang menjual barang Indonesia. Selain itu banyak juga stan dari negara lain yang ikut meramaikan. Sementara Pasar Indonesia memang fokus dengan produk Indonesia, makanan Indonesia, penjualnya juga datang dari Indonesia. Jadi acara ini bagus sekali”, kata Anna yang sudah lebih dari 30 tahun tinggal di Belanda.
Lebih dari 11 ribu pengunjung datang ke acara Pasar Indonesia 2024 yang digelar di Gedung De Broodfabriek di kota Rijswijk Belanda. Di bawah suhu udara 15 derajat celsius, mereka antusias membeli dengan barang produksi yang dibawa langsung dari Indonesia seperti makanan jajan pasar, baju dan aneka souvenir.

Semua pedagang yang berjualan di sini adalah mereka yang berencana untuk berjualan di Tong Tong Fair. Termasuk penjual makanan yang menetap di Belanda.
Menurut Duta Besar Indonesia untuk Kerajaan Belanda Mayerfas, pasar Indonesia ini diadakan cukup mendadak karena tujuannya adalah membantu pengusaha UMKM yang sudah mengirimkan barangnya untung acara terbesar Indonesia di Belanda tapi ternyata dibatalkan.
“Begitu kami mendengar kabar kalau Tong Tong Fair secara tiba tiba membatalkan acaranya, sementara para pedagang dari Indonesia, pelaku UMKM ( usaha mikro kecil dan menengah) kan mengalami kerugian yang ngga sedikit. Untuk itulah kami berinisiatif untuk mengadakan Pasar Indonesia” jelas Dubes Mayerfas kepada kabarbelanda.com.

Tak dapat dipungkiri, sebagian besar pengunjung tong tong fair datang ke tempat ini karena mereka membutuhkan suasana hiburan dan juga pesta kuliner Indonesia sambil bersilaturahmi dengan teman dan sanak saudara.
Aneka makanan khas Indonesia, hiburan bertema suku Dayak dari Kalimantan ikut meramaikan acara pasar Indonesia tahun ini. Juga alunan music dari grup band Indonesia yang ada di Belanda yaitu De Rivers.
Mereka berharap agar acara Pasar Indonesia tetap diadakan setiap tahun. Acara ini diikuti setidaknya 50 pedagang dari Indonesia. Sementara warung yang menyediakan makanan panas adalah pedagang Indonesia yang bermukim di Belanda.
Editor: Natalia Santi