Nama Angkringan Leiden ini selalu diperkenalkan kepada para mahasiswa baru di Leiden melalui PPI (Perhimpunan Pelajar Indonesia), sehingga semakin hari semakin banyak anggotanya.

Bagaimana sistem order dan pengirimannya?
Di tahun pertama, Ary bersama Latifah dan Shanti membuka PO (purchasing order) setiap hari. Mereka secara bergantian memasak dan menyiapkan pesanannya. Namun seiring berjalannya waktu dan kesibukan masing-masing, saat ini Angkringan Leiden hanya membuka PO dan menerima pesanan 1 kali dalam seminggu.
Pada hari Minggu, Ary akan membuka PO untuk hari Senin. Dia akan membatasi pesanan sesuai dengan kemampuan tenaga, waktu dan bahan baku. Rata-rata pesanan yang diterima mecapai 50 hingga 60 porsi.
Area pengiriman juga dibatasi maksimal 3 kilometer dari rumah Ary, kecuali si pemesan mau mengambil sendiri.
Pembayaran dilakukan bisa secara tunai atau via transfer. Setelah semua orderan terkirim, maka Ary akan megirimkan tikkie (aplikasi pembayaran) kepada pemesan.
Salah satu hal yang menarik dari Angringan Leiden ini adalah sistem pengiriman yang melibatkan PPI Leiden. Di awal pembentukan Angkringan Leiden ini, pengiriman pesanan ini dilakukan oleh beberapa mahasiswa Indonesia yang terhimpun dalam PPI. Untuk 1 porsi diberikan jasa senilai €0,75. Sebanyak 25% dari uang jasa itu untuk kas PPI dan 75%-nya untuk si pengirim.
Saat ini kerja sama dengan PPI sudah tidak dilakukan kerena kesibukan para mahasiswa dalam menghadapi ujian. Selain itu beberapa mahasiswa sudah kembali ke Tanah Air. Untuk saat ini pengiriman dilakukan oleh perorangan. Ary Kusnanto memfasilitasinya dengan sepeda listrik.

Menunya apa saja?
Beberapa menu yang ditawarkan oleh Angkringan Leiden yaitu ayam geprek, bakso, gudeg, nasi padang, lumpia semarang, pecel lele, bakmi goreng, nasi kuning komplit, soto, nasi liwet, gado-gado.
Tantangan dalam memasak masakan Indonesia di Belanda, menurut Ary adalah keterbatasan bahan baku dan juga lokasi toko asia yang tidak terlalu dekat dengan lokasi tempat tinggalnya.
Namun keterbatasan bahan baku ini menuntut Ary menjadi lebih kreatif dan lebih bisa mengenal bahan baku yang ada. Bagaimana caranya agar bisa cocok untuk menggantikan bahan baku sesungguhnya. Contohnya labu siam diganti dengan kohlrabi dan daun singkong diganti dengan boerenkol. Hanya satu produk yang dia impor langsung dari Indonesia melalui jastip (jasa titipan) adalah krecek.
Lalu bagaimana kelanjutan dari Angkringan Leiden selanjutnya bila Ary kembali ke Indonesia awal tahun 2023 ini? Ary belum bisa memberikan jawaban yang pasti.
“Nanti saya lihat dulu mbak. Bagaimana kelanjutannya,” ujarnya, menutup pembicaraan dengan KBC. []