Angkringan Jogja Goes to Belanda

Penulis : Anastasia S.

Kabarbelana.com – Ary Kusnanto beserta dua rekannya, Latifah dan Shanti, mendirikan  Angkringan Leiden pada 2018 di kota Leiden Belanda.

Meski berasal dari Yogyakarta (Jogja), angkringan ini menunya tak melulu masakan jawa. Tapi juga menyediakan makanan khas Nusantara.

Para mahasiswa Indonesia yang bermukim di Leiden dan juga para diaspora Indonesia di Negeri Kincir Angin itu bisa mengobati rasa kangen pulang ke Indonesia dengan menikmati menu Angkringan Leiden.

Nasi ayam goreng. (Foto: Koleksi pribadi)

 

Apa itu angkringan?

Angkringan berasal dari bahasa Jawa, angkring yang berarti alat dan tempat jualan makanan keliling. Bentuknya berupa pikulan, dan pikulannya berbentuk melengkung ke atas. Namun saat ini angkringan banyak yang dijual di gerobak dorong.

Makanan dan minuman yang dijual bermacam-macam, mulai dari nasi kucing (nasi dengan porsi kecil) beserta lauknya, gorengan, plus wedang (minuman) hangat khas Jogja. Harganya sangat terjangkau.

Angkringan banyak terdapat di Jawa Tengah, Yogyakarta dan Jawa Timur. Bahkan kini sudah merambah ke Jabodetabek.

Gado-gado. (Foto: Koleksi pribadi)

 

Apa itu Angkringan Leiden?

Berbeda dengan angkringan di Jogja, Angkringan Leiden ini tidak ada bentuk fisiknya. Angkringan ini merupakan sebuah grup WhatsApp (WA) yang dibuat oleh Ary Kusnanto bersama Latifah dan Shanti. Ketiganya merupakan warga Indonesia yang bermukim di Leiden.

Ide pembuatan grup ini berawal dengan permintaan atau order beberapa mahasiswa untuk menu makan malam yang harganya terjangkau. Jumlah produksinya tidak menentu setiap harinya, sehingga sering tampak tidak efisien, baik secara waktu waktu maupun biaya produksi.

Akhirnya pada tahun 2018, mereka bertiga membuka grup WhatsApp Angkringan Leiden, untuk memudahkan koordinasi mulai dari pemesanan hingga pengiriman.

Adapun nama Angkringan ini mendapatkan ide dari seorang warga Indonesia di Delft yang juga membuat grup “Warteg Delft”. Karena Ary Kusnanto berasal dari Jogja, maka nama Angkringan ini menjadi pilihan yang paling pas.

Pada awal pendiriannya, grup WA ini hanya beranggota sekitar 20 orang. Saat ini anggotanya sudah mencapai 276 orang. Mayoritas anggota adalah mahasiswa Indonesia. Selain itu juga ada mahasiswa dari Italia, China, Singapura, Malaysia dan juga masyarakat umum yang tinggal di kota Leiden dan sekitarnya.

Nama Angkringan Leiden ini selalu diperkenalkan kepada para mahasiswa baru di Leiden melalui PPI (Perhimpunan Pelajar Indonesia), sehingga semakin hari semakin banyak anggotanya.

Masakan padang. (Foto: Koleksi pribadi)

 

Bagaimana sistem order dan pengirimannya?

Di tahun pertama, Ary bersama Latifah dan Shanti membuka PO (purchasing order) setiap hari. Mereka secara bergantian memasak dan menyiapkan pesanannya. Namun seiring berjalannya waktu dan kesibukan masing-masing, saat ini Angkringan Leiden hanya membuka PO dan menerima pesanan 1 kali dalam seminggu.

Pada hari Minggu, Ary akan membuka PO untuk hari Senin. Dia akan membatasi pesanan sesuai dengan kemampuan tenaga, waktu dan bahan baku. Rata-rata pesanan yang diterima mecapai 50 hingga 60 porsi.

Area pengiriman juga dibatasi maksimal 3 kilometer dari rumah Ary, kecuali si pemesan mau mengambil sendiri.

Pembayaran dilakukan bisa secara tunai atau via transfer. Setelah semua orderan terkirim, maka Ary akan megirimkan tikkie (aplikasi pembayaran) kepada pemesan.

Salah satu hal yang menarik dari Angringan Leiden ini adalah sistem pengiriman yang melibatkan PPI Leiden. Di awal pembentukan Angkringan Leiden ini, pengiriman pesanan ini dilakukan oleh beberapa mahasiswa Indonesia yang terhimpun dalam PPI. Untuk 1 porsi diberikan jasa senilai €0,75. Sebanyak 25% dari uang jasa itu untuk kas PPI dan 75%-nya untuk si pengirim.

Saat ini kerja sama dengan PPI sudah tidak dilakukan kerena kesibukan para mahasiswa dalam menghadapi ujian. Selain itu beberapa mahasiswa sudah kembali ke Tanah Air. Untuk saat ini pengiriman dilakukan oleh perorangan. Ary Kusnanto memfasilitasinya dengan sepeda listrik.

Iklan Angkringan Leiden di medsos PPI. (Foto: FB PPI Leiden)

Menunya apa saja?

Beberapa menu yang ditawarkan oleh Angkringan Leiden yaitu  ayam geprek, bakso, gudeg, nasi padang, lumpia semarang, pecel lele, bakmi goreng, nasi kuning komplit, soto, nasi liwet, gado-gado.

Tantangan dalam memasak masakan Indonesia di Belanda, menurut Ary adalah keterbatasan bahan baku dan juga lokasi toko asia yang tidak terlalu dekat dengan lokasi tempat tinggalnya.

Namun keterbatasan bahan baku ini menuntut Ary menjadi lebih kreatif dan lebih bisa mengenal bahan baku yang ada. Bagaimana caranya agar bisa cocok untuk menggantikan bahan baku sesungguhnya. Contohnya labu siam diganti dengan kohlrabi dan daun singkong diganti dengan boerenkol. Hanya satu produk yang dia impor langsung dari Indonesia melalui jastip (jasa titipan) adalah krecek.

Lalu bagaimana kelanjutan dari Angkringan Leiden selanjutnya bila Ary kembali ke Indonesia awal tahun 2023 ini? Ary belum bisa memberikan jawaban yang pasti.

“Nanti saya lihat dulu mbak. Bagaimana kelanjutannya,” ujarnya, menutup pembicaraan dengan KBC. []

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *




Enter Captcha Here :