Masakan Indonesia Jadi Primadona Perayaan Natal di Belanda

Persembahan tarian dan lagu oleh anak-anak sekolah minggu. (Foto: Yuke Mayaratih)

Beberapa warga Indonesia  mengenakan pakaian batik dan kain kebaya. Mereka semakin memberi “warna Indonesia” di hari istimewa itu.

“Di hari khusus seperti Natal, Tahun Baru dan Paskah, serta 17 Agustus, saya selalu mengenakan kebaya seperti ini. Karena ini adalah bagian dari identitas diri,” kata Entrina, seorang warga Indonesia yang sudah lebih dari 20 tahun tinggal di Belanda.

Natalan sambil berkebaya. Bagian dari identitas diri sebagai orang Indonesia. Latar belakang: meja hidangan masakan Indonesia. (Foto: Dok. Yuke Mayaratih)

Sementara Lily Jocom, warga Indonesia yang  sudah lebih dari 45 tahun berada di kota Deventer mengatakan, dengan mengenakan baju tradisional seperti ini ia merasa seolah berada di Indonesia.

“Kita kan orang Indonesia. Jadi senang rasanya bisa pakai baju seperti ini. Jadi berasa seperti ada di Indonesia,”  kata Lily sambil tertawa renyah.

Suguhan masakan Indonesia

Anggota jemaat Leef Deventer berjumlah sekitar 30 warga Indonesia,  termasuk juga mereka yang keturunan Indonesia. Tak heran jika usai ibadah, jemaat disuguhi aneka makanan Indonesia. Seperti nasi putih, mie goreng, sayur buncis tahu, sate ayam dan semur sapi. Tak lupa kerupuk dan sambal. Beberapa kali terdengar ucapan terima kasih dari jemaat  dan tamu yang datang atas suguhan istimewa itu.

Jemaat pria mengenakan batik. (Foto: Yuke Mayaratih)

“Terima kasih ya, untuk makanan yang enak ini,” kata Mince, seorang warga Belanda anggota jemaat Leef.

Sedangkan seorang pria warga Belanda menilai bahwa masakan Indonesia sangat enak. Dan ia pun tanpa basa basi menyodorkan piring untuk minta tambah.

Hari Natal kali ini menjadi spesial karena jemaat Gereja  Leef dan Gereja Oasis di Deventer bisa mengadakan ibadah Natal bersama. []