Pria berdarah Minang ini ternyata mempunyai selera humor yang tinggi. Tak jarang komentar spontannya membuat kami tertawa terbahak-bahak. Beliau juga pandai mencairkan suasana, saat melontarkan sebuah teka-teki atau cerita lucu. Itu sungguh mengundang tawa kami.
Malam semakin larut, dan kami masih terus asyik bercengkrama satu sama lain. Ketika kami memesankan kopi dan teh, beliau menolak karena tidak biasa minum teh atau kopi pada malam hari.
Perbincangan terus bergulir. Istri beliau ternyata menggemari drama dan musik Korea (K-Pop). Beliau juga mengisahkan suka duka yang dialami warga Indonesia, dan juga beberapa terobosan yang dilakukan KBRI di masa kepemimpinannya, sejak November 2020.
Saat melaksanakan tugas, beliau melakukannya secara serius, dan menaruh perhatian besar terhadap rasa kemanusiaan dan sosial. Banyak warga Indonesia yang merasa terharu dengan ketulusan beliau membantu mereka ketika di masa-masa sulit. Seperti mengunjungi warga yang sedang sakit, memberikan bantuan maksimal terhadap warga yang berduka, dan masih banyak lagi. Maka tak mengherankan julukannya adalah “Ayah bagi warga Indonesia di Belanda”.

Salah satu terobosannya adalah Layanan Outreach, yang membantu masyarakat Indonesia dalam layanan konsuler, keimigrasian, pendataan WNI serta pembuatan NIT (Nomor Induk Tunggal) di kota-kota besar di seluruh Belanda. Layanan Outreach ini sangat memudahkan warga Indonesia yang tinggal jauh dari KBRI di Den Haag.
KBRI juga menggelar berbagai webinar, bekerja sama dengan organisasi diaspora yang ada. Kemudian pada akhir Januari 2022, beliau meluncurkan Asosiasi Pengusaha Indonesia di Belanda (ASPINA). Asosiasi ini memperkuat sinergi antar-pengusaha dalam pengembangan bisnis serta meningkatkan kemitraan pengusaha Indonesia di Belanda.
Saat ini terdapat sekitar 400 diaspora yang berwirausaha di berbagai sektor. Beliau juga aktif mendukung kegiatan-kegiatan sosial budaya yang diadakan oleh diaspora.
Setiap pertemuan pasti ada perpisahan. Saat kami harus mengakhiri pertemuan itu, dengan berat hati kami mengucapkan selamat tinggal kepada Bapak Mayerfas. Betapa tidak, beliau dengan sabar dan ramah meladeni semua pertanyaan kami, menanggapi segala kekonyolan kami, dan berfoto bersama.
Persepsi kami tentang seorang pejabat negara yang selalu berada di “menara gading”, seketika hilang. Ternyata segala sesuatu tentang beliau begitu membumi. Sampai jumpa lagi Bapak Mayerfas!
Editor: Tian Arief