Film Losmen Bu Broto Diputar di CinemAsia Film Festival Belanda

Penulis: J.Vandayantie

Kabarbelanda.com – Mengulang kesuksesan drama Losmen (TVRI, 1986-1989), Mathias Muchus merilis ulang cerita tentang suka duka mengelola losmen di Yogyakarta ini dalam bentuk film dengan judul Losmen Bu Broto.

Ternyata, intuisi pemeran tokoh Tarjo (di Losmen) dan Pak Broto di Losmen Bu Broto ini, benar-benar menjadi kenyataan. Losmen Bu Broto diusung ke CinemAsia Film Festival (CFF) di Belanda, dan diputar di Amsterdam pada 10-15 Mei 2022.

Film Losmen Bu Broto. (imdb.com)

CinemAsia Film Festival adalah festival film yang digelar di Belanda sejak 2015, dan tahun ini mengambil tempat di Amsterdam.

Perhelatan besar ini bertujuan untuk membantu dalam pengenalan budaya dan media, khususnya dunia perfilman Asia, serta memperkaya pengetahuan masyarakat Eropa tentang budaya Asia pada umumnya.

Dubes Mayerfas [kiri]. (J. Vandayantie)
Festival yang berlangsung selama 6 hari, itu menghadirkan 30 film Asia berkualitas dari berbagai negara, antara lain Indonesia, China, Hongkong, Jepang, Filipina, Korea Selatan, Taiwan, Kamboja, Singapura, Myanmar, dan Vietnam.

Selain Losmen Bu Broto, Indonesia menghadirkan tiga film lainnya, yaitu Paranoia, Vengeance Is Mine, All Others Pay Cash, dan Yuni. Semua film diputar di tiga teater berbeda, yaitu Studio/K, Rialto de Pijp, dan Rialto VU.

CFF adalah media yang bagus untuk mempromosikan film Indonesia. (J. Vandayantie)

Kabarbelanda.com berada di Studio/K pada hari penutupan, menyaksikan pemutaran film Losmen Bu Broto bersama Dubes RI untuk Kerajaan Belanda, Mayerfas, dan istrinya.

Film dimulai pada pukul 16.40, diawali sambutan dari Arnoud Kokosky Deforchaux, Public Relations CinemAsia Film Festival. Seusai pemutaran film, para penonton dijamu dengan makanan khas Asia yang menggugah selera.

Menurut Dubes Mayerfas kepada Kabarbelanda.com, perhelatan seperti CFF adalah media yang bagus untuk mempromosikan film Indonesia, agar dapat memberikan pemahaman yang benar tentang perkembangan sosial di Indonesia melalui film.

Film merupakan cerminan masyarakat sehari-hari. (J. Vandayantie)

Sebab, film, menurut Mayerfas, biasanya dibuat berdasarkan cerminan kehidupan masyarakat Indonesia sehari-hari pada umumnya. Ia mengharapkan CFF dapat  digelar secara rutin setiap tahun.

“Sehingga dapat menjadi wadah untuk dunia perfilman Indonesia agar lebih dikenal lagi oleh masyarakat Eropa,” katanya. Mayerfas menyatakan dukungannya untuk memfasilitasi dunia perfilman Indonesia di Eropa, khususnya Belanda.

CFF on Tour masih akan terus berlangsung. Seanjutnya, pemutaran film dilakukan di Filmhuis Spui 191, Den Haag, pada 21 – 22 Mei 2022.

Editor: Tian Arief

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *




Enter Captcha Here :