Menurut ketua MINC Amsterdam, Peter Roy Lumanau, ibadah ini tetap diadakan karena keinginan yang besar dari warga Indonesia untuk berkumpul dan bersilaturahmi. “Jadi kita upayakan tetap ada. Tapi tentu saja kita tetap mengikuti peraturan yang ditetapkan pemerintah Belanda. Misalnya menggunakan masker dan mengatur jarak tempat duduk 1,5 meter. Kami juga terpaksa tidak mengadakan acara makan bersama seusai ibadah, seperti biasa dilakukan,” kata Roy lebih lanjut.
“Kami sangat bersyukur, karena masih diberi kesempatan untuk bertemu satu sama lain dalam suasana ibadah. Dan pemerintah juga tidak secara spesifik melarang ibadah di gereja. Jadi patut kita berterima kasih kepada Tuhan untuk semua ini. Ibadah juga berjalan dengan baik,” lanjutnya.
Sementara itu, Esther Lumanau mengatakan, saat mengikuti ibadah bersama di saat Natal, ia merasakan damai dan sukacita. “Usai ibadah suasana akrab dan hangat kembali meski sangat terbatas dan cuma sebentar. Tapi saya bersyukur dengan semuanya,” ujarnya.
Amalia Lily , warga Indonesia yang sudah 40 tahun menetap di Belanda, mengaku rindu kampung halaman, terutama di saat Natal seperti ini. “Kalo saya menyanyikan lagu Malam Kudus bersama dengan orang-orang Manado, rindu saya sedikit terobati. Soalnya kan torang di sini pake bahasa Indonesia deng logat Manado,” kata Lily sambil tersenyum.