Rob de Jonge, seorang ayah dua anak, bersama istrinya berhasil memenangkan penawaran rumah impian mereka. ”Setelah memenangkan penawaran dari 14 penawar lainnya, kami sangat galau. Kami sangat menginginkan rumah itu, tapi menawar Eur 65.000 (sekitar 1,1 milyar) lebih mahal dari harga yang diminta adalah penawaran yang gila-gilaan,” keluh Rob, yang tidak setuju dengan kondisi bisnis perumahan yang sangat tidak sehat dan tidak masuk akal ini.
“Sebulan kemudian rumah kami terjual dengan harga Eur 85.000,00 lebih dari harga yang kita minta. Hal ini membuat kami terpaksa menerima kondisi ini. Yah, begitulah keadaan jual beli rumah di Belanda sekarang. Ada juga yang lebih gila dari kami,” ucapnya, sambil tertawa getir.
Rakyat jemu dengan kondisi ini
Sudah dipastikan saat ini Belanda sedang mengalami krisis perumahan cukup serius, dan setiap hari semakin tegang suasananya.
Pada 12 September dan 23 Oktober, di Amsterdam akan berlangsung demonstrasi besar menuntut pemerintah memperbaiki keadaan. Di berbagai sosmed, rencana aksi ini disosialisasikan untuk menarik pengikut demo sebanyak-banyaknya.
Demo ini juga didukung oleh para politisi, seperti partai politik PvDA dan Groenlinks, yang menilai pemerintah harus turun tangan secepatnya untuk merealisasikan pembangunan rumah sebanyak-banyaknya. Karena itulah satu-satunya cara Belanda keluar dari krisis rumah ini.
Tetapi tampaknya rakyat Belanda harus lebih bersabar lagi karena saat ini kabinet baru tak kunjung terbentuk. Kabinet saat ini statusnya demisioner.
Semoga saja demo ini tidak berakhir dengan kerusuhan, seperti terjadi pada demo krisis rumah tahun 1980.
Comments are closed.