
Sebagai Atase Perdagangan yang ditempatkan di Belanda, Sabbat mengakui banyak kegiatan promosi yang tidak berjalan sesuai rencana. Semua kegiatan nyaris berhenti karena banyak negara di Eropa menerapkan lock down.
“Kita tidak bisa berbuat banyak. Meskipun banyak pertemuan dilakukan dengan cara virtual atau online, namun tetap ada dampaknya. Tahun 2020 agenda pameran dan promosi terpaksa batal. Sementara rencana 2021 seperti HORECA (produk food & beverage), PLMA (pameran produk food dan non food), Tong-tong Fair dan Amsterdam Coffee Festival juga belum ada kepastian apakah akan dapat diikuti atau tidak,” jelas Sabbat.

Atase Perdagangan Sabbat Christian Jannes. (Dok. KBRI Den Haag)
Lebih jauh Sabbat memaparkan, situasi pandemi ini justru harus dilihat sebagai tantangan untuk meningkatkan ekspor produk Indonesia ke Eropa melalui Belanda. Karena Belanda merupakan pintu gerbang untuk memasuki pasar Eropa. Ada banyak distributor berskala besar untuk produk makanan dan minuman Asia yang berkantor di Belanda. Jumlah diaspora asal Indonesia dan warga yang terkait dengan Indonesia jumlahnya sekitar 10 persen dari penduduk Belanda, yaitu 1,7 juta orang.
“Nah faktor inilah yang membuat Bapak Duta Besar Mayerfas dan saya sebagai pembantu beliau di bidang perdagangan optimis dengan peningkatan ekspor produk non migas asal Indonesia ke Belanda. Kalaupun ada peningkatan 5 persen saja, itu sudah cukup bagus. Kita harus realistis karena masa pandemi adalah tantangan tersendiri,” kata Sabbat menutup pembicaraan.
Editor: Tian Arief