“Jika yang satu punya kendala, yang lain mungkin punya solusi. Dari pertemuan ini kami mengidentifikasi ada dua kendala, yaitu ketersediaan tenaga ahli dan masalah logistik. Misalnya kemampuan chef (koki) yang punya kemampuan memasak masakan khas Indonesia tidak banyak. Nah kalau di bidang trading yaitu lamanya waktu pengiriman barang karena hambatan birokrasi. Juga soal harga ekspedisi yang naik karena pandemi,” jelas Christine, Fungsi Ekonomi KBRI Den Haag.

Mayerfas Pandu Diskusi
Salah seorang peserta mengatakan, saat ini terjadi tren produk organik, baik di Belanda maupun Eropa. Momen ini, katanya, seharusnya bisa dimanfaatkan Indonesia. Produk organik yang sekarang beredar di Belanda berasal dari negara lain, seperti sabun Relax dari Nepal. Sebenarnya Indonesia bisa memproduksi produk organik. Tapi terkendala dengan biaya sertifikasi yang cukup tinggi, baik di Indonesia maupun di Belanda. Akibatnya harga jual menjadi lebih mahal.
Sebagai pemandu diskusi, Mayerfas mengatakan, ia akan mengadakan pertemuan khusus untuk membahas soal kendala dan informasi bagaimana memasukkan bahan organik ke Belanda.
Menurut Mayerfas, sebenarnya sudah ada upaya untuk memasarkan produk Indonesia ke Eropa melalui Belanda, tapi masih dilakukan sendiri sendiri. Kalau bisa dilakukan secara kolektif tentu posisi tawar (bargain position)-nya akan kebih besar.
Sementara itu, untuk isu logistik, pihak KBRI berencana akan mengadakan webinar tematik yang menjawab persoalan dan juga membahas informasi terbaru.
Editor: Tian Arief
Comments are closed.