Paskah Hari Kedua, WNI di Belanda Kenakan Baju Adat dan Berdoa dalam Bahasa Daerah

Ada beberapa yang unik dari acara misa kali ini. Beberapa jemaah terlihat mengenakan baju daerah Indonesia. Bukan hanya itu saja, mereka juga membacakan doa dalam bahasa daerah masing masing. Misalnya doa dalam Bahasa Manado, Bahasa Jawa, Bahasa Flores, dan tentu saja Bahasa Indonesia sert bahasa Belanda.

Ibadah Misa dipimpin Pater Jan Asa. Adapun khotbah atau pesan Paskah disampaikan Pastor Eko S. Manek.

Dalam khotbahnya, Pastor Eko menyampaikan agar para jemaah tidak takut menyampaikan pesan-pesan Allah. “Jangan takut pergilah dan katakan di Galilea kamu akan melihat Aku”.

Pastor Eko menjelaskan, Paskah atau kebangkitan artinya mempersatukan yang tercerai berai, mempertemukan yang mengambil jarak, memenuhi kerinduan,mengobati yang luka, merangkul yang jauh menghibur yang berduka dan membawa syalom, salam damai dalam kehidupan setiap hari.

“Tuhan tidak tinggal di tempat orang mati melainkan dalam keseharian hidup kita,” kata Pastor Eko.

Ibadah Misa dimulai tepat pukul 14 hingga 16.00 waktu setempat. Ada pula baptisan sejumlah warga Indonesia di Belanda.

Di akhir misa, Pastur Eko menyampaikan kabar duka yang menimpa provinsi tempat kelahirannya, Nusa Tenggara Timur (NTT), yang dirundung bencana alam. “Semoga Tuhan memberi kekuatan kepada mereka,” kata Pastor Eko dengan mata berkaca-kaca.

Biasanya, setiap ibadah misa yang dilakukan KKI selalu penuh dengan suguhan makanan dan nyanyian serta tarian. Maklum warga indonesia di Belanda memanfaatkan pertemuan ibadah ini sambil bersilaturahmi dan bercengkrama.

Tapi kali ini, usai ibadah mereka harus langsung pulang. Meski dibagikan nasi kotak tapi harus disantap dirumah masing-masing.