Penulis: Dian Suwarsaputri
Kabarbelanda.com, Hilversum – Kelompok Taliban dalam waktu singkat mengambilalih kekuasaan dari pemerintah negara Republik Islam Afghanistan. Hal itu ditandai dengan pernyataan Taliban yang sudah menguasai kota Kabul, Minggu (15/8/21) waktu setempat, yang menyebutkan bahwa perang telah berakhir di Afghanistan. Itu di luar prediksi Amerika Serikat. Mulai Mei 2021, Taliban melancarkan serangan militer dan menguasai kota-kota kecil di negara Asia Tengah itu. Kendati demikian, AS malah menarik pasukan militernya dari Afghanistan.
Setelah Taliban diusir dari pemerintahan pada 2001, Amerika Serikat menetap di Afghanistan untuk melatih militer Afghanistan dan membantu pembangunan negara Afghanistan baru yang demokratis. Afghanistan baru tidak dijadikan tempat berlindung teroris, sehingga negara-negara di dunia aman dari ancaman terorisme.
Pada Juli 2021, Presiden Biden mengumumkan bahwa tentara Afghanistan yang mereka latih dan biayai selama 20 tahun tidak akan begitu saja menyerahkan kekuasaan kepada Taliban. Namun fakta menunjukkan sebaliknya. Pada 15 Agustus 2021, pasukan Taliban dengan mudah menguasai Kabul, ibu kota Afghanistan. Presiden Afghanistan Ashraf Ghani melarikan diri ke Abu Dhabi. Bandara Hamid Karzai di Kabul dipenuhi warga asing yang ingin menyelamatkan diri kembali ke negara asalnya. Selain itu, warga Afghanistan yang merasa hidupnya terancam dengan keberadaan Taliban juga ingin keluar dari negara itu secepat mungkin, sebelum mereka tertangkap.
Militer Belanda di Afghanistan

Sejak 2001, Belanda, sebagai negara anggota organisasi pertahanan dan keamanan kawasan Atlantik Utara (NATO), dan sesuai dengan perjanjian anggota NATO bahwa serangan terhadap satu anggota NATO adalah serangan untuk anggota NATO lainnya (artikel 5 dari isi perjanjian Washington), Belanda mendukung serangan militer Amerika Serikat di Afghanistan untuk membasmi terorisme. Amerika Serikat meyakinkan NATO bahwa Taliban, yang saat itu menguasai Afghanistan, melindungi anggota teroris Al-Qaeda -yang melakukan serangan teror pada peristiwa 9/11.
Setelah Taliban berhasil diusir kekuasaannya, militer Belanda tetap bertahan, dan di bawah bendera NATO turut membantu Afghanistan membangun negara ini dan membentuk pasukan militer yang kuat agar Afghanistan menjadi negara yang aman dan dapat melindungi dirinya sendiri dari Taliban. Sebanyak 30.000 tentara Belanda dikirim ke Afghanistan, 25 di antaranya tewas dalam perang, juga banyak yang terluka, cacat fisik maupun mental. Misi ini resmi diakhiri pada 11 September 2021.
Evakuasi militer

Belanda, dengan dukungan Tweedekamer (Dewan Perwakilan Rakyat), melakukan evakuasi militer di Afghanistan. Evakuasi dilakukan bukan hanya untuk warga negara Belanda, tetapi juga untuk para penerjemah, koki, supir, dan pekerja admistrasi yang bekerja untuk Belanda, sewaktu Belanda aktif di misi Afganistan. Selain itu, juga orang Afghanistan bersama keluarganya yang bekerja di kedutaan besar Belanda dan aktivis-aktivis yang terancam hidupnya di bawah kekuasaan rezim Taliban, seperti LGBT, aktivis wanita, dan aktivis hak asasi manusia.
Pada 18-26 Agustus, sebanyak 1673 orang berhasil diungsikan ke Belanda, terdiri dari 708 warga negara Belanda, 371 orang penerjemah, 275 orang pegawai misi dan kedutaan, serta 319 aktivis. Kedutaan Besar Belanda untuk Afghanistan dipindahkan untuk sementara ke Doha, Qatar.
Saat ini Belanda masih sibuk mengungsikan warga negara Belanda, orang Afghanistan yang telah mendapatkan suaka di Belanda, dan aktivis-aktivis yang masih tertinggal di Afghanistan.
Selain itu, pemerintah Belanda juga menjanjikan 10 juta Euro untuk membantu rakyat Afghanistan yang mengungsi di daerah sekitar Afghanistan melalui Afghanistan Humatarian Fund.