
“Sudah saatnya juga untuk memperkenalkan kerajinan yang indah ini dan penggunaan pewarna alami ke sekolah-sekolah dan akademi mode di Eropa,” ungkap Bertha, seorang diaspora asal Timor yang tinggal di Belanda sejak 2015. Ia juga secara aktif mempromosikan Tenun dengan mengenakan baju atau sarung tenun dalam kehidupan sehari-hari.
“Pagi ini lebih dari sekadar pertunjukan budaya,” kata Dubes Mayerfas. “Kami berharap dengan merasakan tekstur, warna, cita rasa, dan kisah Indonesia di gedung Indonesia House Amsterdam hari ini, pengunjung juga akan terinspirasi untuk mengunjungi Indonesia.”
Para pengunjung yang datang juga bisa mencicipi jajanan pasar tradisional Indonesia yang tersedia. Seperti puding sagu mutiara, dadar gulung, risoles dan ketan serundeng.
Cindy Angelique dari Kabarbelanda.com melaporkan, meskipun peserta yang hadir hanya sekitar 50 pengunjung, tapi suasana cukup hangat dan akrab. Acara ini sangat menarik. Karena mengungkap cerita dalam setiap motif tenun yang dibuat.
Misalnya, kain tenun dari Ambon. Kebanyakan menggunakan motif burung. Ternyata ada kisah dimana jenis burung tersebut pernah hilang dari kota Ambon, namun burung tersebut ternyata kembali lagi sampai sekarang. Lalu dijadikan salah satu simbol khusus.
Acara berakhir sampai jam 12.30 waktu setempat. Tapi pengunjung tampaknya masih belum puas melihat dan bercerita tentang kisah dibalik motif tenun yang terpajang di area pameran.
Pameran ini terbuka untuk umum di Indonesia House Amsterdam.