Dan ini adalah sebuah tantangan bagaimana tata kota di Indonesia menjadi lebih baik dan inklusif serta nyaman bagi penghuninya. Tentu saja dengan tidak mengabaikan aksesibilitas bagi warga.
Dengan melakukan framing tata kota supaya menjadi lebih baik lagi, tentu membutuhkan peran urban designer and planner perkotaan. Nah, zaman sekarang perempuan bahkan sudah bisa terlibat dan punya kesempatan untuk melakukan banyak hal dibidang terbut.
Pembicara lain adalah perempuan asal Sumatera Utara yang bekerja di hotel ternama di Amsterdam. Yaitu Meidiana Dian, chef– kok atau juru masak di restoran Mamamakan di hotel Hyatt Regency Amsterdam.
Ia menceritakan bagaimana perjuangannya sebagai chef Indonesia di Belanda. Sebelumnya ia malang melintang sebagai tour guide di Belanda. Lalu ia memilih menjadi seorang chef-kok yang mengantarkannya sampai ke posisi sekarang.

Ia mengaku selama ini ia ingin mendobrak stigma bahwa cheff–kok papan atas selama ini di dominasi kaum lelaki tapi sekarang zaman sudah berubah. Perempuan juga bisa menjadi chef–kok dengan taraf internasional. Dengan begitu, perempuan bisa lebih dihargai dan diakui kemampuannya. Dan tentu saja dampaknya bisa memiliki nilai komersial yang tinggi.
Selain itu, ikut hadir sebagai pengisi acara adalah DJ Iramamama. Di situ ia memutar lagu lawas berbahasa Indonesia. Suasana menjadi menyenangkan dan rileks. Karena sang DJ (disc jockey) ingin supaya para peserta yang hadir ikut merasakan sedang berada di Indonesia.
Suasana langsung berubah menjadi hangat. Para peserta menikmati musik sambil ngobrol sambil menjalin network. Suasana menjadi semakin seru saat peserta yang hadir ikut berjoget dengan iringan musik di ujung acara.

Menurut Zsabrina Marchya Ayunda dari PPI kota Den Haag, Acara bincang soal Kartini menjadi semakin seru karena rasa ingin tahu peserta tentang Kartini. “Sebenarnya acaranya selesai jam jam 7 malam, tapi banyak sekali pertanyaan dari peserta yang datang.
Misalnya, terkait dengan Gerwani (gerakan Wanita Indonesia yang merupakan organisasi perempuan terbesar di Indonesia tahun 1965- red), bagaimana para nara sumber melihat pergerakan wanita di masa sekarang. Karena setiap zaman pergerakan Perempuan itu berubah. Seperti juga tentang keberadaan Dharma Wanita.
Acara diskusi yang dikemas dalam bentuk talkshow dibawakan dengan sangat interaktif dengan moderator, Rasella, seorang alumni Internasional Instutute os Social Studies ( ISS) tahun 2023. Rasella membawa acara ini mengalir sampai tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 19.00 malam. Waktunya pulang. Namun para peserta sepertinya masih ingin lebih banyak informasi dari para pembicara.
Zsabrina mengatakan, ini adalah kesempatan yang baik untuk memperkenalkan sejarah Indonesia, bahwa kita punya banyak tokoh inspiratif, termasuk Kartini. Yang membuat perempuan Indonesia sekarang semakin berdaya. “Kita adalah negara yang terjajah dan sekarang bisa terlibat dalam berbagai bidang. Pengalaman sebagai bangsa yang pernah dijajah, seharusnya membuat kita berkembang semakin baik.
Selain juga berdamai dengan penjajahan dengan cara menjadikan diri kita menjadi lebih baik. Diantaranya, memanfaatkan peluang yang ada dan berperan dalam pembangunan nasional di berbagai bidang.
Jadi dimanapun kita berada, dengan kemampuan yang kita miliki dari hasil belajar dan hidup di luar negeri, kita kembalikan dan membangun Indonesia. Nah, melalui Kartini kita jadi menyadari bahwa kesetaraan gender itu penting. Sekarang bagaimana caranya kita sebagai masyarakat modern bisa memahami berbagai dinamika kehidupan seperti interseksionalitas-atau beban berganda yang melekat dalam diri kita.