Wiwi membagikan kisah perjuangannya untuk bisa mencapai posisi yang cukup bergengsi di kota Rotterdam. Ia juga menceritakan peran diaspora dalam membangun Indonesia. Jadi meskipun ia tinggal di Belanda sudah puluhan tahun, namun cintanya terhadap tanah air membuat ia terpanggil untuk tetap memberikan kontribusi untuk kemajuan Indonesia.
Dan selama ini ia juga aktif memberikan perspektifnya sebagai perempuan melalui berbagai studi untuk perencanaan kota dan pembangunan berkelanjutan di berbagai kesempatan.
Pembicara lain, yaitu Tamara Soukotta dari Fellow International Institute of Social Studies. Ia menyampaikan sejarah dekolonialisasi yang saat itu dilakukan Kartini. Karena selama ini, kita memandang surat-surat yang ditulis Kartini adalah simbol pergerakan dan emansipasi.
Padahal ini adalah surat-surat pribadi yang kemudian dipolitisasi sebagai pergerakan bagaimana perempuan seharusnya pada saat itu.
Kartini mencoba mendobrak citra perempuan yang saat itu hanya di rumah saja dan melakukan pekerjaan domestik menjadi lebih luas sampai pada pengambilan keputusan dan kesempatan sekolah. Bahkan bisa bekerja di luar rumah.
Lalu, Julia S. Dahlan, Urban designer and Planner dan juga MSc student Urbanism TU Delf, menyampaikan materi tentang peran perempuan dalam pembangunan. Termasuk sejarah pembangunan kota di berbagai negara.
Bagaimana menciptakan pembangunan kota inklusif yang aman dan nyaman. Seperti yang ada di Surakarta dengan pembangunan di lokasi kali Pepe dan revitalisasi jalan Kartini. Menurutnya, selama ini tata kota di Indonesia amburadul.