Penulis: Yuke Mayaratih
Den Haag, Kabarbelanda.com- Peran Kartini sampai saat ini masih menjadi semangat buat perempuan Indonesia melanjutkan perjuangannya. Bahkan ketika zaman sudah berubah dan sudah banyak juga perempuan yang bisa menduduki posisi strategis di Indonesia maupun di luar negeri.

Nah, Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI- kota) Den Haag bekerja sama dengan Indonesia Diaspora Network di Belanda (IDN-NL) dan International Institute of Social Studies (ISS) -Scholas (Badan Eksekutif Mahasiswa) menggunakan kesempatan ini untuk memperkenalkan sosok Kartini dan peranannya buat kaum perempuan Indonesia.
Sebagian peserta adalah mahasiswa Internasional dari berbagai negara yang sedang menempuh pendidikan di ISS- Den Haag. Namun acara ini juga terbuka untuk umum, sehingga banyak mahasiswa dari kampus lain juga datang. Bahkan ada peserta yang bukan mahasiswa seperti warga Belanda dan Diaspora Indonesia yang tinggal di Belanda.
Mengusung tema “A modern Champion For Woman in Development” acara ini digelar pada 2 Mei 2024 lalu selama 2 jam. Yaitu pukul 17.00– 19.00 waktu setempat.

Tak kurang dari 70 peserta hadir di aula ISS Atrium Butterfly Bar, di jalan Kortenaerkade 12, 2518 AX, Den Haag. Mereka tertarik datang untuk mendapatkan informasi tentang pencapaian perempuan Indonesia saat ini yang tak bisa dilepaskan dari sosok seorang Kartini.
Nara sumber yang hadir adalah perempuan Indonesia dari berbagai profesi yang saat ini berada di Belanda. Mereka mewakili perempuan di zaman modern yang sudah lebih berdaya. Yaitu Wiwi Tjiook, arsitek landscape dari pemerintah kota Rotterdam. Ia juga koordinator IDN Liveable Cities (bidang pembangunan kota layak huni).
Wiwi membagikan kisah perjuangannya untuk bisa mencapai posisi yang cukup bergengsi di kota Rotterdam. Ia juga menceritakan peran diaspora dalam membangun Indonesia. Jadi meskipun ia tinggal di Belanda sudah puluhan tahun, namun cintanya terhadap tanah air membuat ia terpanggil untuk tetap memberikan kontribusi untuk kemajuan Indonesia.
Dan selama ini ia juga aktif memberikan perspektifnya sebagai perempuan melalui berbagai studi untuk perencanaan kota dan pembangunan berkelanjutan di berbagai kesempatan.

Pembicara lain, yaitu Tamara Soukotta dari Fellow International Institute of Social Studies. Ia menyampaikan sejarah dekolonialisasi yang saat itu dilakukan Kartini. Karena selama ini, kita memandang surat-surat yang ditulis Kartini adalah simbol pergerakan dan emansipasi.
Padahal ini adalah surat-surat pribadi yang kemudian dipolitisasi sebagai pergerakan bagaimana perempuan seharusnya pada saat itu.
Kartini mencoba mendobrak citra perempuan yang saat itu hanya di rumah saja dan melakukan pekerjaan domestik menjadi lebih luas sampai pada pengambilan keputusan dan kesempatan sekolah. Bahkan bisa bekerja di luar rumah.
Lalu, Julia S. Dahlan, Urban designer and Planner dan juga MSc student Urbanism TU Delf, menyampaikan materi tentang peran perempuan dalam pembangunan. Termasuk sejarah pembangunan kota di berbagai negara.

Bagaimana menciptakan pembangunan kota inklusif yang aman dan nyaman. Seperti yang ada di Surakarta dengan pembangunan di lokasi kali Pepe dan revitalisasi jalan Kartini. Menurutnya, selama ini tata kota di Indonesia amburadul.