Madaloka Melanglang Buana Bawa Misi Kebudayaan Lewat Tarian

Dengan mengusung kesenian tradisional Reog Ponorogo dari Jawa Timur, Madaloka menyuguhkan dua tarian, yakni Jathilan dan Bujang Ganong. Dalam waktu latihan yang relatif singkat, yaitu hanya tiga hari, para mahasiswa yang kelak menjadi Dosen Tari dengan cepat menyerap setiap koreografi yang diajarkan.

Ini membuat Rahmida, pengatur komposisi tarian yang sudah memiliki pakem, merasa puas dan bangga dengan antusiasme para anak didiknya.

Pada program Word Dance sebelumnya, Madaloka telah mengajarkan berbagai tarian dari berbagai daerah di Indonesia.

Tari Saman dari Aceh yang dipresentasikan para mahasiswa di Belanda. (Foto: Madaloka Dance Studio)

Misalnya, tari Saman dari Aceh, tarian Jawa, Bali, dan Sunda, pernah ditampilkan dalam perhelatan yang dipresentasikan dalam bentuk teater tertutup di lingkungan kampus mereka.

Biasanya dalam acara tersebut ada sekitar seratus kursi tamu undangan yang mereka persiapkan. Dan apresiasi dari para penonton undangan maupun sesama mahasiswa selalu luar biasa.

“Mereka sangat terkesan dan menjadi lebih tahu bahwa tarian tradisional Indonesia banyak sekali ragamnya,” tutur Nova, saat mempersiapkan penampilan di sebuah acara.

Bangga dan bahagia tentunya bisa menjadi bagian dari sebuah program pelatihan World Dance di Eropa.

Nova memiliki bekal dasar tari Bali, yang dipelajarinya dari sanggar tari sejak usia delapan tahun di Jakarta.

Sedangkan Rahmida, yang selain bakat seni yang turun dari ibunya, juga dipelajari melalui jenjang akademis di Institut Seni Indonesia Yogjakarta jurusan Komposisi Tari. Rahmida lulus pada 2009 sebagai Sarjana Tari.

Keduanya adalah dua orang penari Indonesia yang sukses membawa misi kebudayaan di Belanda.

“Indonesia adalah negara besar dan kaya akan budaya. Melalui seni tari, kami akan mengharumkan nama Nusantara di manapun kami berada,” tutur Rahmida menutup wawancara. []