Pertama Kali, Rijksmuseum Pamerkan Perjuangan Indonesia 1945-1949

Menurutnya, seluruh koleksi yang dipamerkan dikurasi oleh empat kurator, masing-masing Harm Stevens dan Marion Anker dari Rijksmuseum Belanda, serta Amir Sidharta (Direktur Museum Universitas Pelita Harapan Tangerang) dan Bonnie Triyana (sejarawan).

Adapun koleksi seni dan benda bersejarah yang dipamerkan, selain berasal dari berbagai museum dan institusi di Belanda, juga berasal dari sejumlah museum di Indonesia, seperti Museum Affandi Yogyakarta, Galeri Nasional Indonesia, Jakarta Art Council, Museum Seni Rupa Jakarta, Museum Komunikasi dan Informatika Jakarta, dan Museum Universitas Pelita Harapan Tangerang.

Berbagai koleksi yang ditampilkan, di antaranya kamera yang merekam Rapat Akbar di Lapangan Ikada (Lapangan Monas); koleksi dokumen dari dinas intelijen Belanda di masa kolonial, termasuk album foto pribadi Rosihan Anwar; lukisan atau sketsa Perundingan Linggajati karya Henk Ngantung (pernah menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta); dan lukisan karya Sudarso yang menggambarkan potret Tanja Dezentje, warga Belanda yang menjadi WNI dan turut berjuang sebagai wakil Indonesia dalam diplomasi Kemerdekaan Republik Indonesia ke seluruh dunia.

Pameran ini juga menampilkan seni instalasi karya Timoteus Anggawan Kusno, seniman asal Yogyakarta. Seni instalasi ini menggambarkan perjuangan Indonesia sebelum revolusi kemerdekaan. Di sini ditampilkan objek yang berasal dari masa kolonial, seperti pigura lukisan potret Gubernur Jenderal Hindia Belanda.

Pengarsipan Yang Baik

Berdasarkan pengamatan di Rijksmuseum maupun pameran Revolusi Kemerdekaan itu, penulis mengambil beberapa kesimpulan, antara lain:

Orang Belanda, dan orang-orang barat secara umum, memiliki pandangan jauh ke depan dan tertib dalam pengumpulan arsip-arsip kuno, yang kemudian disimpan dengan baik. Pengarsipan dokumen sejarah yang baik akan berguna bagi generasi yang akan datang untuk puluhan, bahkan ratusan tahun ke depan.

Pameran ini membuktikan bahwa arsip yang mereka kumpulkan pada periode 1945-1949, menjadi sesuatu yang sangat berharga. Ini bisa bermanfaat untuk penelitian, pendidikan, bahkan untuk kepentingan politis.

Kendati museum-museum di Belanda, temanya lebih cocok untuk orang-orang dewasa, namun museum tersebut menyediakan beberapa hiburan untuk anak-anak.

Di sana terdapat permainan edukasi untuk anak-anak untuk mengekspresikan kreativitas, seperti membuat pesawat atau perahu dari bahan-bahan kardus bekas. Ada pula tempat untuk anak-anak dan dewasa untuk mengekpresikan diri melalui gambar atau lukisan.

Editor: Tian Arief