Pameran “Revolusi!” Ungkap Fakta-fakta Yang Tidak Tercantum di Buku-buku Sejarah

Menurutnya, seluruh koleksi yang dipamerkan dikurasi oleh empat kurator, masing-masing Harm Stevens dan Marion Anker dari Rijksmuseum Belanda, serta Amir Sidharta (Direktur Museum Universitas Pelita Harapan Tangerang), dan Bonnie Triyana (sejarawan).

Bonnie Triyana (kiri), salah seorang kurator. (Bambang Ponco)

Bonnie Triyana (42), sejarawan yang juga Pemimpin Redaksi Majalah Online Historia.id, mengatakan, pihaknya sebenarnya akan memboyong tujuh lukisan koleksi Bung Karno bertema perjuangan, yang terpasang di Istana Negara, Jakarta, namun karena kendala teknis lukisan-lukisan tersebut tidak jadi dihadirkan.

Adapun koleksi seni dan benda bersejarah yang dipamerkan, selain berasal dari berbagai museum dan institusi di Belanda, juga berasal dari sejumlah museum di Indonesia, seperti Museum Affandi Yogyakarta, Galeri Nasional Indonesia, Jakarta Art Council, Museum Seni Rupa Jakarta, Museum Komunikasi dan Informatika Jakarta, dan Museum Universitas Pelita Harapan Tangerang.

Berbagai koleksi yang ditampilkan, di antaranya kamera yang merekam Rapat Akbar di Lapangan Ikada (Lapangan Monas); koleksi dokumen dari dinas intelijen Belanda di masa kolonial, termasuk album foto pribadi Rosihan Anwar; lukisan atau sketsa Perundingan Linggajati karya Henk Ngantung (Gubernur DKI Jakarta periode 1964-1965); dan lukisan karya Sudarso yang menggambarkan potret Tanja Dezentje, warga Belanda yang menjadi WNI dan turut berjuang sebagai wakil Indonesia dalam diplomasi Kemerdekaan Republik Indonesia ke seluruh dunia.

Bung Karno dielu-elukan massa. (Bambang Ponco)

Pameran ini juga menampilkan seni instalasi karya Timoteus Anggawan Kusno, seniman asal Yogyakarta. Seni instalasi ini menggambarkan perjuangan Indonesia sebelum revolusi kemerdekaan, dengan judul “Luka dan Bisa Kubawa Berlari”. Menurut Anggawan, karyanya ini diinspirasi oleh Bible Perjanjian Lama. “Semacam kotak hitam pesawat (perekam data penerbangan) yang mengungkapkan kejadian-kejadian setelah bencana terjadi, yang mengantar kita untuk merefleksikan revolusi,” ujar Kusno.

Bonnie Triyana mengungkapkan, proses perencanaan pameran ini telah dilakukan sejak 4 tahun lalu melalui proses negosiasi dan diskusi panjang, baik di Amsterdam maupun melalui media online Zoom, yang membahas segala pernak pernik kurasi pameran. Termasuk pengumpulan kurang lebih 200 objek pameran sesuai tema dari banyak sumber yang tersebar di beberapa negara.

Menyita Hingga 6 Ruangan Besar

Tulisan “Revolusi!dalam font besar menyambut pengunjung pameran. (Bambang Ponco)

Pameran “Revolusi!” ini menyita enam ruangan besar di museum megah itu. Lokasinya di sayap kiri gedung Rijksmuseum, yang disambut poster cukup mencolok di pintu masuknya, dengan tulisan dalam font ukuran besar berwarna merah menyala, “Revolusi!”.

Pengunjung yang memadati ruangan-ruangan pameran, sesaat setelah dibuka untuk umum pukul 17.00 waktu setempat, begitu antusias mengamati beberapa objek, antara lain video-video lawas yang merekam situasi sebelum dan setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945, maupun Rapat Besar di Lapangan Ikada Jakarta.

Aura nasionalisme yang menyeruak  saat menyaksikan pidato berapi-api Bung Karno  di depan ribuan warga. Selain itu, terpasang poster maupun pamflet dan selebaran lawas, yang intinya mengajak rakyat Indonesia untuk berjuang mempertahankan Kemerdekaan.

“Sangat membakar semangat!” komentar Eka Tanjung, jurnalis lepas yang ditemui penulis di lokasi pameran.

Eka Tanjung. (Dok. Pribadi)

One Comment on “Pameran “Revolusi!” Ungkap Fakta-fakta Yang Tidak Tercantum di Buku-buku Sejarah”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *




Enter Captcha Here :