Pemerintah RI Akan Ambil Kembali Benda Budaya Yang Disimpan Belanda

Kabarbelanda.com, Gravenzande – Sebanyak 22 prasasti asal Jawa tersimpan di sebuah gudang di Gravenzande, Belanda. Sedangkan total koleksi benda budaya asal Indonesia yang diangkut ke Belanda sebelum Indonesia merdeka, berjumlah 109.156 benda. Benda-benda itu tersimpan di museum Volkenkunde dan Tropen. Benda-benda itu meliputi koleksi yang dipamerkan di museum maupun yang tersimpan di gudang penyimpanan.

Prasasti asal Indonesia di Gudang Gravenzande Belanda. (Yuke Mayaratih)

Hal itu dikatakan Conn Barrett, petugas Administrasi Gudang Gravenzande, beberapa waktu lalu, di Gravenzande, Belanda. Dia menyebutkan, di gudang penyimpanan yang menjadi tanggung jawabnya, setidaknya ada 22 prasasti logam asal Jawa. Seluruhnya tersimpan di Gudang Nomor 1 (khusus koleksi atau benda museum asal Indonesia).

Sedangkan Gudang Nomor 2 berisi benda-benda yang berasal dari Amerika Selatan, Amerika Utara, Asia, dan Oceania. Selain itu, terdapat koleksi khusus milik mendiang Frits Liefkes, yang menghibahkan seluruh koleksinya ke pihak museum. Koleksi Frits Liefkes ini sebagian besar berasal dari Indonesia, seperti patung, gamelan, dan lain-lain.

Arkeolog Tjahjono Prasodjo dan Prasasti Logam dari Jawa yang tersimpan di Belanda. (Yuke Mayaratih)

Menurut arkeolog Universitas Gadjah Mada, Tjahjono Prasodjo, yang pernah melakukan penelitian di Leiden Belanda, dari ke-22 prasasti logam asal Jawa itu, salah satunya bernama Prasasti Cebongan. Tjahjono tahu persis prasasti itu karena sudah lama melakukan penelitian. Sedangkan prasasti lainnya tidak diketahui namanya karena memang tidak dicantumkan. Hanya nomor inventaris dan barcode yang tertempel di masing-masing prasasti itu.

Masih ada lagi prasasti batu dan satu tiruan prasasti berbahan gips yang disimpan di Gudang Nomor 3. Keduanya juga berasal dari Jawa. Menurut Tjahjono, kemungkinan itu Prasasti Ngadoman dan Replika Prasasti Gurit. Prasasti asli, kata Barrett, sudah dikirim ke Indonesia.

Benda-benda koleksi diperlakukan secara khusus

Conn Barrett, petugas Administrasi Gudang Gravenzande, memperlakukan benda-benda koleksi budaya secara khusus. (Yuke Mayaratih)

Barrett menjelaskan, sebelum benda-benda koleksi dimasukkan ke gudang penyimpanan, terlebih dahulu dibersihkan dari debu, flek, dll, dengan alat khusus. Setelah itu, benda koleksi disimpan di atas semacam lembaran busa untuk mencegah benda-benda tersebut bersentuhan langsung dengan logam dan benda-benda lainnya, termasuk laci logam tempat prasasti disimpan.

Objek benda yang sudah dimasukkan ke gudang dan tersusun di sebuah rak besar, tidak pernah dibersihkan lagi. Kecuali jika akan dibawa keluar gudang atau dikembalikan setelah dipinjam untuk keperluan pameran atau penelitian di tiga museum. Ketiga museum itu masing-masing Volkenkunde, Afrika Museum, dan Tropen Museum.

Rak tempat penyimpanan benda budaya asal Indonesia di Gudang Gravenzande. (Yuke Mayaratih)

Mengapa tidak perlu dibersihkan lagi? Menurut Barrett, karena sudah aman. Selain kelembaban, pencahayaan, dan suhunya sudah diatur sesuai dengan SOP (Standard Operating Procedure), jarang sekali orang masuk ke gudang ini. Maka tidak mengherankan jika orang yang akan masuk ke gudang ini harus melalui prosedur yang ketat. Termasuk para kurator, pelajar, dan bahkan peneliti sekalipun. Saat mereka membutuhkan sebuah objek yang akan diteliti, mereka akan membawa benda itu ke laboratorium khusus penelitian di Amsterdam atau Leiden.