Kualifikasi Pekerja Kerah Putih di Belanda: “Sungguh Berat!”

Semakin besar penghasilan, maka pajak juga akan semakin besar. Ada pula aturan keringanan pajak, yang bisa membuat pekerja akan mendapatkan pengembalian pajak.

Tetapi hal ini akan tidak saya bahas karena akan semakin panjang dan rumit.

Bagaimana cara melamar kerja di Belanda?

Rumit, cari kerja di Belanda. (Freepik.com)

Sudah saya jelaskan di atas tentang rumitnya mencari pekerjaan di Belanda.

"Mas, bisakah proses menjadi pekerja kerah biru dari Indonesia menggunakan jasa agen atau PJTKI?"

Jawabannya, tidak bisa!

Pekerja kerah biru hanya bisa diproses oleh agensi-agensi yang ada di Belanda. Syarat mutlaknya adalah pekerja harus memiliki izin tinggal resmi terlebih dahulu di Belanda. Jika tidak, ya tidak bisa.

Untuk pekerja kerah putih, syarat-syarat lengkapnya bisa dibaca dengan detail lewat website resmi pemerintah Belanda. Nanti akan saya cantumkan linknya. Akan terlalu panjang jika dijelaskan di tulisan ini, yang akan membuat pembaca bosan. Selain itu, saya yakin calon pekerja kerah putih pasti memiliki inisiatif membaca dan mencari tahu sendiri tanpa harus saya menjelaskannya.

Apakah lulusan SMA bisa bekerja di Belanda?

Sebenarnya saya ingin menjawab “tidak bisa” jika mengacu pada peraturan yang ada. Tetapi selalu ada jalan menuju Belanda. Tapi, bagaimana caranya? Ada dua cara, ini menurut pendapat pribadi saya, yang maing-masing memiliki keunikan tersendiri.

Cara pertama, ini benar-benar tidak saya rekomendasikan dan saya tidak ingin bertanggung jawab jika ada yang mengikuti hal ini. Tetapi faktanya memang ada terjadi di Belanda. Apa itu? Menjadi pekerja ilegal. Saya tidak ingin membahas lebih lanjut soal ini.

Cara kedua, banyak berdoa dan berikhtiar dengan serius. Untuk apa? Mendapat jodoh orang Belanda atau seseorang yang memiliki izin tinggal resmi di Belanda. Cara ini memang aneh bin nyleneh, tapi faktanya memang banyak terjadi, dan salah satunya terjadi pada diri saya sendiri.

Banyak orang non-Belanda bisa bekerja di Belanda karena memiliki pasangan warga Belanda. Juga, apabila memiliki pasangan non-warga Belanda tetapi bisa bekerja, pasangan tersebut adalah pekerja kerah putih atau high skill migrant. Contohnya, saya bisa bekerja di Belanda karena istri berstatus pekerja kerah putih.

Tetapi perlu diperhatikan, status pekerjaan baik yang memiliki pasangan warga Belanda atau kerah putih, mayoritas pekerjaan yang bisa didapat adalah menjadi pekerja kerah biru. Mengapa? Ya karena memang kualifikasinya hanya memenuhi menjadi pekerja kerah biru.

Apakah bisa bertukar dari kerah biru ke kerah putih? Kembali ke pertanyaan nomor pertama, bisa, asal harus sesuai syarat. Yang paling mudah, mengambil kuliah di Belanda. Tapi kuliah di Belanda sendiri juga tidak mudah.

Saya sendiri lulusan S1 dari Universitas Brawijaya Malang Indonesia, dengan pengalaman bekerja lebih dari 6 tahun. Tetapi, saya tidak masuk syarat untuk bekerja sebagai kerah putih. Bahkan, sekalipun saya lulusan S2 dari Universitas Brawijaya, tetap tidak akan memenuhi syarat. Kenapa? Ya, karena Universitas Brawijaya tidak masuk top 200 Universitas terbaik di dunia. Bahkan, tidak ada satu kampus di Indonesia yang masuk deretan itu, tidak hanya almamater saya.

Sampai disini, paham kan bagaimana tingginya standar pekerjaan di Belanda?

Ada satu kasus. Seorang dokter dari Indonesia, menikah dengan warga Belanda. Di Indonesia beliau sudah membuka praktik sendiri. Tetapi pada akhirnya di Belanda dokter tersebut banting setir menjadi YouTuber, dan terkenal sebagai editor video acara-acara di Belanda. Mengapa bisa begitu? Kembali ke standar Belanda yang berbeda dengan Indonesia, sehingga beliau tidak bisa menjadi dokter yang berpraktik di sini.

Beliau juga pernah menjadi pekerja kerah biru, yakni sebagai asisten chef di sebuah rumah makan Indonesia. Unik, bukan? Dokter yang beralih menjadi koki, kemudian editor video.

Sektor pekerjaan kerah biru di Belanda mayoritas diambil oleh pekerja-pekerja dari Polandia, Rumania, Italia, dan beberapa negara Eropa yang memiliki perekonomian yang tidak lebih bagus dari Belanda. Rekan-rekan kerja saya para pekerja kerah biru mayoritas dari Polandia.

Saya pernah berdiskusi dengan teman saya orang Polandia.

"Mengapa kamu bekerja di Belanda?" tanya saya.

"Di sini gajinya lebih baik, dengan pekerjaan yang lebih ringan."

"Ah, pantas. Akhirnya negaramu mengambil pekerja dari negaraku. Ternyata karena memang alasan ini, orang Polandia datang kemari."

"Benar. Tidak hanya di Belanda, orang-orang kami juga tersebar di Jerman dan Belgia, karena memang standar gajinya lebih bagus."

Saat orang Polandia berbondong-bondong ke Belanda dan negara lainnya, Polandia justru mengambil pekerja dari Indonesia. Sebuah ironi.

Kembali pada aturan bahwa Belanda akan memprioritaskan pekerja dari negara Uni Eropa daripada pekerja dari negara non-Uni Eropa, seperti Asia, Afrika, dan Amerika Latin. Untuk itu, jika ingin bekerja sebagai pekerja kerah biru bagi orang Indonesia, ikuti cara seperti dicantumkan pada jawaban pertanyaan nomor empat tadi.

Karena pengetahuan saya yang minim, bisa jadi ada cara lain. Tetapi bagi saya, bekerja di mana saja itu sama. Saya pernah bekerja mendulang rupiah, mengais dolar Taiwan, dan saat ini mendapat gaji euro. Semua sama rasanya.

Guru saya pernah memberikan nasihat:

"Nafkah atau penghasilan terbaik itu bukan dari banyaknya, tapi manfaat yang timbul setelahnya. Jika nafkah itu membuatmu semakin dekat dengan-Nya, maka itulah nafkah yang terbaik." ***

*) Pekerja kerah biru, tinggal di Eindhoven, Belanda

Editor: Tian Arief

Comments are closed.