Penitipan Anak Mahal, Kerja Paruh Waktu Jadi Pilihan Kaum Ibu di Belanda

Seorang anak bisa dititipkan di tempat penitipan anak yang resmi maupun tidak resmi. Sebuah tempat penitipan anak resmi harus memenuhi persyaratan tertentu. Di antaranya para pengasuh anak memiliki latar belakang pendidikan anak, bisa menerapkan pertolongan pertama pada kecelakaan, dan memiliki keterangan berkelakuan baik yang dikeluarkan oleh Menteri Kehakiman dan Keamanan.

Ada pula tempat penitipan anak ada khusus untuk anak berumur 0-4 tahun, untuk anak SD, atau untuk anak-anak yang orangtuanya bekerja di malam hari atau akhir pekan. Anak-anak bisa juga dititipkan di gastouderopvang, tempat penitipan anak yang dikelola perorangan. Di sini biasanya ditampung di rumah biasa dengan jumlah anak yang sedikit. Untuk orangtua pekerja yang jam kerjanya tidak tetap, beberapa tahun belakangan ini bermunculan tempat penitipan anak yang dinamakan ouderparticipatiecrèches, tempat penitipan anak yang diorganisasikan oleh orangtua anak-anak yang dititipkan.

Jika mampu, bisa mendatangkan au pair atau membayar oppas/nanny (pengurus anak di rumah sendiri untuk beberapa jam). Au pair adalah pengurus anak dan pembantu kegiatan rumah tangga ringan yang bekerja maksimal 30 jam per minggunya dan tinggal bersama keluarga. Menurut Nibud, suatu badan di Belanda yang memberikan informasi tentang keuangan, untuk mempunyai seorang au pair dibutuhkan biaya rata-rata Eur 650 per bulannya (lebih dari 11 juta rupiah).

Pemerintah Belanda memberikan tunjangan untuk penitipan anak jika ibunya bekerja, belajar, atau mengikuti kursus terintegrasi di Belanda, inburgerinscursus. Tingginya tunjangan ini tergantung banyaknya total gaji yang bekerja dalam keluarga, banyaknya anak yang dititipkan, jenis tempat penitipan anak dan maksimal jumlah jam yang didapat untuk mendapat tunjangan. Semakin rendah total gaji yang didapat, semakin banyak tunjangannya.

Pulang sekolah dijemput pengasuh (Shutterstock)

Untuk jasa au pair, pemerintah tidak memberikan tunjangan. Untuk jenis tempat penitipan anak lainnya, bahkan jasa oppas, dengan syarat jasa mereka terdaftar secara resmi, bisa mendapatkan tunjangan penitipan anak.

Sebagai gambaran, berikut ini contoh banyaknya tunjangan yang didapat untuk 2 hari menitipkan 2 anak balita dari sepasang suami istri yang memiliki total gaji bersama per tahun Eur 37.000. Total gaji ini adalah rata-rata penghasilan satu keluarga di Belanda:

Keluarga ini setiap bulan mendapat gaji netto kira-kira Eur 2437,00 (sekitar Rp 41 juta). Dengan membayar penitipan anak seperti di atas berarti untuk keluarga ini tersisa Eur 2.343,00 per bulannya untuk menutupi kebutuhan lainnya. Menurut Het Sociaal en cultureel planbureau, sebuah institut ilmu pengetahuan perencanaan social dan budaya di Belanda, rata-rata keluarga yang memiliki 2 anak membutuhkan biaya sedikitnya EUR 1.922,00 (sekitar Rp 32 juta) per bulan agar tidak jatuh ke dalam kemiskinan.

Jadi ini hanya cukup untuk makan, tempat tinggal, pakaian, perawatan pribadi, dan bayar asuransi. Jelas sekali, untuk menabung adalah suatu tantangan yang besar untuk keluarga ini. Jika mereka menambah jam kerja, berarti semakin menambah gaji dan semakin banyak gajinya, semakin berkurang tunjangan penitipan anak.

Pemerintah Belanda kini sedang mempertimbangkan kemungkinan untuk menggratiskan tempat penitipan anak untuk warganya agar lebih banyak yang bekerja penuh waktu. Namun demikian, ada satu budaya yang pastinya harus dihilangkan, yaitu budaya “kasihan” jika anak dititipkan 5 hari dalam sepekan di tempat penitipan anak. Jika budaya ini tetap mengakar, walaupun tempat menitipkan anak gratis, belum tentu warga Belanda banyak yang akan bekerja penuh waktu.

Editor: Tian Arief