Penulis: Dian Suwarsaputri
Kabarbelanda.com, Beek Ubbergen – Suatu pagi yang cerah di hari Sabtu, sekelompok wanita berdiri di depan jalan masuk menuju Bukit Duiversberg (Bukit Setan), yang berlokasi di sebuah kota kecil bernama Beek Ubbergen, Belanda. Kelompok yang beranggotakan wanita Indonesia ini tergabung dalam Indonesia Walking Club. Setiap bulan mereka mempunyai program melakukan jalan bersama di berbagai lokasi di Negeri Kincir Angin itu.
Bukit Setan ini untuk ukuran Belanda terbilang unik, karena konturnya berbukit-bukit. Sedangkan sisanya berupa dataran, sebagaimana alam Belanda pada umumnya.

Kendati klub ini masih sedikit anggotanya, para anggotanya terbilang “gila jalan-jalan”. Maklum, di Indonesia mereka biasa mendaki gunung. Begitu hijrah ke Belanda, mereka membentuk klub jalan-jalan. Dengan demikian rasa rindu mendaki gunung mereka sedikitnya terobati.
“Senang sekali mendapat teman yang punya kesukaan sama: mengeksplorasi banyak tempat alami di Belanda. Ibarat pepatah, sekali dayung, dua-tiga pulau terlampaui. Kami bisa dapat teman baru, bisa jalan jalan ke tempat yang belum pernah dikunjungi, sekaligus bisa leluasa ngobrol menggunakan bahasa ibu (Bahasa Indonesia) sepanjang jalan, dan di penghujung hari ditutup dengan makan bersama. Begitu menyenangkan!” kata Erin, salah seorang anggota Indonesia Walking Club kepada Kabarbelanda.com, baru-baru ini di Beek Ubbergen.

Sedangkan Tiar, anggota lainnya, sebelumnya terbiasa berjalan-jalan menikmati alam Belanda bersama suaminya. Dengan menjadi anggota club ini, Tiar berharap bisa tahu lebih banyak rute di Belanda, dan juga menambah kenalan orang Indonesia, sekaligus menjaga kebugaran tubuh.
Pada 5 kilometer pertama perjalanan, mereka mampir di bawah pohon kastanye yang sangat tua, yang disebut Kabouterboom (pohon kaboter). Betapa tidak, pohon itu sudah ada sejak tahun 1540. Ini adalah pohon tertua di Belanda. Bagian tengah pohon itu berongga akibat ulah anak-anak yang membakarnya pada 2015.

Bukit Setan tingginya sekitar 80 meter. Menaikinya setara dengan naik tangga gedung 57 tingkat, sehingga cukup untuk membakar kalori. Berbeda dengan di Indonesia, bukit di Belanda tidak dipenuhi semak belukar, lebih memudahkan bagi mereka yang tidak tahu arah.
“Beda paling utama dengan alam di Indonesia, saya tidak terlalu takut nyasar nggak bisa pulang kalau sedang mengeksplorasi alam di Belanda. Tidak terbayang oleh saya untuk ikut klub jalan -jalan yang isinya ibu-ibu semua untuk mengeksplorasi alam di Indonesia. Mengingat masuk ‘hutan’ seperti di Lage Vuursche (sebuah rute berjalan di Belanda) bersama ibu-ibu pastinya jauh lebih menyenangkan (orang Belanda menyebutnya ‘gezellig’) dibandingkan dengan masuk hutan asli di Kalimantan, yang benar-benar bisa membuat uji nyali jika tidak tahu arah,” tutur Erin.