WNI di Belanda Kena COVID-19 Dapat Bantuan Pemerintah RI

Menurut lucky target warga Indonesia yang mendapat bantuan ini adalah mereka yang rentan secara ekonomi, dan tentu saja terkait COVID-19. Seperti mereka yang tinggal sendirian, yang kena PHK, tidak mempunyai pekerjaan, undocumented. Kalau stok logistik berlebih, petugas menyalurkannya ke jaringan komunitas yang rentan tadi.

Untuk pemberian bantuan kepada pekerja undocumented, bantuan ini didrop ke perwakilann IMWU (Indonesia Migrant Worker Union) di tiga kota besar, yakni Amsterdam, Den Haag, dan Rotterdam.

Menurut Erna, Koordinator IMWU Kota Amsterdam, bantuan ini sangat berarti buat pekerja migran undocumented di sini. “Alhamdullilah, baru kali ini kita mendapat perhatian dari KBRI. Sejujurnya, kami kaget juga dengan responnya yang cepat. Karena sebelumnya kami merasa dicuekkin, merasa berjuang sendirian. Tapi dengan adanya bantuan yang diantar langsung oleh petugas, membuat kami terharu,” kata Erna kepada Kabarbelanda.com.

Ayu, salah seorang WNI yang tinggal di Deventer juga merasakan perhatian pihak KBRI terhadap warganya. “Saya memang mengajukan permohonan bantuan lewat email, karena sebagai pasien COVID-19, saya dan suami tak boleh keluar rumah. Dan saya kaget dan terharu sekali, karena sehari kemudian ada seorang bapak dan seorang ibu yang mengantarkan paket bantuan ke Deventer, langsung dari Den Haag ke Deventer,” kata Ayu.

Lucky menuturkan, sekitar 350 paket sudah disalurkan kepada warga yang membutuhkan. Ada yang perorangan dan ada juga yang melalui 150 jaringan kelompok WNI di Belanda. Sampai berita ini diturunkan, penyaluran bantuan bagi pasien COVID-19 masih terus dibuka. Mereka yang memerlukan bantuan, bisa mengontak KBRI Den Haag melalui email bidkons@indonesia.nl.

Bantuan diantar langsung ke rumah penerima. (KBRI Den Haag)

Hand Sanitizer dan Masker Langka

Penyaluran bantuan logistik ini, di pertengahan tahun lalu, sekitar bulan Juni-Juli, mengalami sedikit kendala, karena ketersediaan masker, hand sanitizer, dan vitamin langka di pasaran.

Menanggapi hal itu, Lucky mengakui bahwa saat itu terjadi kelangkaan masker dan hand sanitizer di pasaran, padahal permintaan sedang tinggi-tingginya, terutama dari Persatuan Pelajar Indonesia (PPI). Meski ada warga yang menelpon langsung ke KBRI dan mengirim permintaan melalui email, namun KBRI saat itu tidak bisa berbuat apa apa.

“Tapi alhamdullilah saat ini logistik sudah cukup, dan kordinasi juga sudah menjadi lebih baik. Untuk mahasiswa melalui PPI kami bekerja sama dengan atase pendidikan dan kebudayaan, dan bagian supporting unit logistik dan tata usaha,” ujar Lucky menambahkan.

Editor: Tian Arief