Asal Mula Tradisi Mewarnai Telur Paskah di Belanda

Penulis: Yuke Mayaratih

Kabarbelanda.com, Deventer – Setiap perayaan Paskah, warga Belanda masih melakukan tradisi mewarnai, menghias dan melukis telur dengan aneka warna. Bahkan sekitar 2-3 minggu sebelum Paskah atau tepatnya pertengahan bulan Maret, anak-anak di sekolah dasar sudah mulai melakukan berbagai kegiatan menyambut Paskah atau menyambut hari kebangkitan Yesus. Selain menghias telur, aneka coklat berbentuk telur dalam berbagai ukuran marak dijual di berbagai supermarket.

Lalu dari mana dan kapan asal usul tradisi menghias telur di Belanda? Menurut berbagai sumber, tradisi memberi warna pada telur Paskah ini mendapat pengaruh dari gereja ortodoks. Zaman dulu telur Paskah diwarnai dengan warna merah, sebagai simbol darah Yesus yang wafat di tiang kayu salib.

Jef de Jager, seorang antropolog dan penulis buku Volksgebruiken in Nederland, sejak itu tradisi menghias telur ini semakin berkembang, dari hanya satu warna, yaitu merah, menjadi beraneka warna dan semakin kreatif.

“Rasanya ini mulai terjadi pada abad ke-19. Saat itu, menjadi hal yang lumrah terjadi di setiap keluarga, anak-anak mewarnai, melukis dan menghias telur di rumah. Sangat cocok dengan romansa keluarga abad ke-19. Kegiatan ini lalu mulai merambah ke sekolah-sekolah. Saya merasa sebagian besar sekolah berperan besar dalam menyebarkan tradisi ini. Guru khususnya membuat anak-anak antusias melukis telur,” jelas De Jager.

Pada era 1980-an, banyak orang menganggap semua yang berkaitan dengan tradisi hanyalah omong kosong. “Ini hanya menguntungkan bagi para pedagang untuk meningkatkan omzet jualan mereka. Di sinilah saya mulai tertarik menuliskan tentang asal usul tradisi warga Belanda,” kata De Jager.

Mayoritas orang berpendapat, Paskah adalah tema yang menarik untuk mendongkrak penjualan produk. Perusahaan furnitur Mandemakers Keukens, Gamma en Ikea, sukses mengusung tema ini. Maklum, di Belanda, saat paskah dijadikan momen untuk mengganti suasana dan desain interior rumah. Terlepas dari pendapat itu, tak bisa dipungkiri kalau semangat Paskah lebih hidup dari sebelumnya.

“Kita sekarang ini benar-benar berada di suatu masa dimana orang ingin kembali menghidupkan tradisi. Penyebab terbesarnya adalah dunia di sekitar kita berubah begitu cepat. Dan banyak orang kemudian ingin kembali dan meneruskan kebiasaan lama,” tutur De Jager.